Cerita Sex Istri Yang Berubah Menjadi Liar
Cerita Sex Hot Dewasa - Ferdi di kantor sedang menunggu Pak Julian yg belum juga datang. Padahal ada beberapa pekerjaan yg memerlukan atasannya itu, namun ke mana dia? Sembari menunggu, Ferdi berpikir tentang Intan. Semoga Intan bisa pulih setelah bertemu psikolog itu…Namun Ferdi terpikirkan satu hal lagi. Malam itu, malam ketika trauma Intan dimulai… Cristal ada di rumah. Cristal pasti tahu sesuatu. Ferdi merasa perlu bertanya.
Intan belum lama pergi. Dr. Fioren kembali duduk di belakang mejanya sembari membaygkan indahnya badan Intan yg sempat dicicipinya sebentar tadi.
“He, Fioren, kamu jangan baygin macem-macem ya. Intan itu buat Mang. Kita udah ada perjanjian,” kata sesosok manusia yg tiba-tiba muncul dari belakang Dr. Fioren. Dia datang dari balik pintu samping ruang praktik Dr. Fioren. Seorang lelaki tua botak berperut buncit, yg sedang ditunggu oleh bawahannya di kantor..
“Yah, si Mamang, gimana ya? Ternyata dia cakep… Boleh nggak kubikin dia jadi lesbong juga?” Fioren menimpali.
“Hus. Jangan lah. Kalau yg lain sih silakan ajah… Yg ini nggak boleh, ya? Soalnya dia orang yg spesial buat Mamang.” mendekat dan merangkul Dr. Fioren dari belakang.
“Emangnya aqu enggak, Mang…?” tanya Fioren manja.
“Ooo… pasti dong, Fioren kan kesaygan Mamang. Kalau nggak, mana mau Mamang ajarin ilmu Mamang ke Fioren? Kamu istimewa, Ren. Nggak banyak awewe yg Mamang cobain namun udah ada bakat buat nerusin ilmu Mamang.”
“Hehehe… Bilang aja waktu itu Mang ketipu soalnya aqu ga mempan digendam… Gapapa deh, yg penting aqu jadi dapat ngewarisin ilmunya Mamang.”
Bertahun-tahun lalu, Fioren, seorang sarjana psikologi, melamar kerja kepada Mamang. Melihat parasnya yg cantik, Mamang sempat mengisengi Fioren dgn ilmu gendamnya, namun entah kenapa, hipnotis Mamang kurang mempan kepada Floren.
Mungkin karena Mamang berusaha membuat Fioren tertarik kepada dirinya, namun ternyata Fioren punya kecenderungan lesbian sehingga tak mempan. Itulah yg membuat Mamang menygka Fioren istimewa, dan karena rahasianya sudah terbongkar di depan Fioren, Fioren pun menuntut penjelasan serta imbalan, kalau tidak dia akan membongkar rahasia Mamang.
Akhirnya Mamang mengajarkan ilmu gendamnya kepada Fioren. Keduanya jadi akrab, dan terus berhubungan. Fioren tak jadi bekerja kepada Mamang dan memilih meneruskan studi dan menjadi psikolog praktik, dan ilmu hipnotisnya dia gunakan untuk membantu pasien. Namun, sebagaimana Mamang, Fioren pun sekali-sekali menyalah gunakan kemampuannya itu.
Ketika Ferdi mengeluhkan Intan, Mamang langsung menyambar kesempatan dan memberitahu tentang Dr. Fioren. Sesudahnya Mamang menjelaskan apa yg sudah dia laqukan kepada Intan, dan Fioren menyggupi untuk membantu. Fioren juga menceritakan semua pengaquan Intan kepada Mamang. Mamang terlihat senang mendengar semua petualangan Intan, apalagi ketika dia tahu pengaruhnya telah membuat Intan jadi lebih berani dan menggoda.
“Namun Mang,” tanya Fioren,
“Emang mau diapain si Intan itu? Kan Mang udah dapet nyobain dia.”
“Ada rencana Mamang buat dia. Rencana gede. Kapan-kapan Mamang ceritain deh. Nanti kalau udah jadi.”
Sepulang kantor, Ferdi disambut oleh Intan. Sekali lagi penampilan Intan membuat Ferdi melongo… Intan malam itu tampak seksi dgn babydoll transparan, rambut tergerai, make-up tebal namun menarik… dan dia menunggu Fendi dgn penampilan seperti itu di depan pintu rumah!
“Mas Fendi….” Intan menyambut suaminya dgn ciuman mesra, lalu dia langsung menarik Fendi ke dalam rumah. Sebelum Fendi sempat berbuat sesuatu keduanya sudah bercumbu hebat. Namun Ferdi jadi curiga…
Siang hari, sekitar pukul dua di suatu bangunan kecil di kompleks perumahan pinggir kota. Sehari-harinya tempat itu adalah salon, Salon Cristal. Namun pemiliknya tidak hanya menawarkan jasa perawatan kecantikan bagi wanita. Di balik tirai yg memisahkan ruang belakang dgn ruang utama salon, pemilik salon itu, Cristal,
sedang duduk selonjor di atas tempat tidur yg biasa dipakai untuk luluran atau facial. Cristal berpenampilan cantik seperti biasa, rambutnya yg hitam lurus sebahu tergerai. Pakaiannya juga seksi, seperti biasa. Ia mengenakan kaos tanktop putih yg ketat membungkus badannya, juga rok mini kuning yg mencapai setengah pahanya saja tidak,
dan di bawah roknya Cristal mengenakan pantyhose nilon warna kulit. Kaki kanannya yg terbungkus nilon itu terjulur, mengelus-elus selangkangan celana seorang lelaki berbadan tegap yg duduk mengangkang menghadapinya di ujung lain tempat tidur.
“Jadi Mas John yg ngatur?” tanya Cristal dgn nada manja.
Lelaki yg dipanggil dgn sebutan Mas John itu mengenakan kaos hijau dan celana dinas tentara, dia memang salah satu beking Cristal yg masih aktif sebagai perwira menengah di kesatuan setempat. Sembari menggumam keenakan merasakan burungnya mengeras dielus-elus kaki Cristal, dia menjawab.
“Iya dong. Ngeberesin kroco sok jago seperti si Gede itu kecil. Apalagi zaman sekarang, bikin amuk massa itu gampang. Kamu udah lihat beritanya kan?” kata John.
“Ah, aqu gak suka nonton berita Mas, bosen,” kata Cristal.
“Mestinya kamu lihat, ha ha ha… Soalnya ada muka jelek si Gede babak belur dihajar massa, ampe berdarah-darah gitu. Kamu minta yg kayak gitu kan, minta yg setimpal buat dia? Habis ini juga si Gede bakal dipecat gara-gara bikin malu pemerintah. Salah sendiri, udah tahu ngadapin kumpulan orang marah, malah ndableg. Biar mampus dia.”
Beberapa hari sebelumnya, terjadi insiden ketika satuan aparat yg dipimpin Gede melaksanakan penggusuran. Entah mengapa, warga setempat malah melawan aparat dgn membawa senjata tajam dan batu. Akibatnya terjadi perkelahian berdarah yg menyebabkan 1 orang warga dan 1 orang aparat tewas, dan puluhan orang luka berat termasuk Gede yg kepalanya bocor kena timpuk dan sempat digebuki ramai-ramai.
Masyarakat dan media ramai menyalahkan, ada yg menganggap warga mengamuk karena kekesalan yg sudah menumpuk terhadap aparat yg biasa semena-mena. Yg luput dari perhatian semua orang adalah bahwa amuk warga itu dipicu oleh beberapa provokator yg dikirim oleh John. Meskipun sama-sama aparat, memang kadang ada ketegangan antar kesatuan di balik permukaan, terutama dalam masalah urusan beking membekingi. Cristal yg boleh dianggap pengusaha kecil bisnis esek-esek tidak lepas dari beking, dan dia cukup cerdik untuk tidak hanya memegang satu orang. Ketika Gede berlaqu kelewatan terhadap dirinya dan Intan beberapa waktu lalu, Cristal memutuskan untuk membalas lewat jalan lain, menyingkirkan Gede dgn menggunakan John, bekingnya dari kesatuan lain.
Rupanya John memilih membuat kerusuhan kecil untuk menyakiti sekaligus menyingkirkan Gede. Sembari John bercerita bagaimana dia merekayasa massa untuk menghajar Gede dan satuannya, kaki Cristal terus mengelus-elus gundukan keras di balik selangkangan celana si perwira. Sementara itu Cristal mengangkat sedikit demi sedikit tanktop-nya. Perlahan-lahan tampaklah sepasang payudara Cristal yg kenyal nan padat, dgn puting yg sudah mengeras.
Baca Juga : Cerita Sex Dengan Anak SMA
John menjulurkan tangan kanannya, menyentuh payudara Cristal. Tangan John yg besar itu meremas kedua payudara Cristal sekaligus, di bagian dalam tempat keduanya bertemu. John membuka sendiri resleting celana dinasnya dan mengeluarkan kemaluannya dari balik celana dalam, sembari terus menggenggam kedua payudara Cristal. Cristal mulai mengeluarkan suara merintih-rintih nikmat. Cristal mengangkat sedikit lututnya supaya kakinya bisa lebih enak membelai-belai kemaluan John yg sudah terbebas. Mata John tak lepas-lepas dari kaki nakal Cristal di selangkangannya.
“Ughh…” John menggerung ketika ereksinya belai lembut oleh Cristal, kemaluannya ditekan ke perut oleh sekujur kaki Cristal yg seperti memeluk batang itu.
Cristal berposisi duduk mengangkang dan John bisa melihat bahwa di balik pantyhose Cristal tak mengenakan celana dalam. Cristal meningkatkan gesekan kakinya, dan melihat badan John yg besar itu belingsatan seperti kesetrum. Cristal merasa menikmati posisi dominan itu, dia sebagai seorang perempuan bisa memain-mainkan badan seorang lelaki yg kekar seperti John dgn kakinya, seolah seorang ratu dan budaknya.
“Ahh… Cristal…” John terlihat tegang, wajahnya meringis. Cristal merayu,
“Udah mau keluar, Mas…?”
“Erghh sialannn… Sini!” Tanpa diduga, John bergerak. Tangannya yg dari tadi bermain di dada Cristal kini merenggut tanktop yg sudah menygsang di atas payudara, menariknya dgn kasar sehingga Cristal dipaksa merunduk ke depan. Cristal kaget,
“MAS!!?? “
Dan teriakan berikutnya,
“AHH JANGAN DI MUKA MASSS!!”
Cristal, yg suka bersolek, memang tak suka orang berejaqulasi di mukanya. Dia memang sudah pernah melaqukan segala macam hal, namun ada beberapa yg dia kurang suka, salah satunya adalah apabila mukanya dinodai sperma. Seperti yg terjadi saat itu. John menarik Cristal sampai dia tersungkur ke depan, tertelungkup di alas tempat tidur dgn muka menoleh, lalu John menekan kepala Cristal sembari berejaqulasi di pipi Cristal yg berbedak dan berperona.
John tertawa puas melihat Cristal yg tak senang. Begitu dilepas, Cristal langsung bangkit lagi, menyeka cairan berbau amis yg barusan mengotori pipinya, lalu menampar John.
“Sialan!” maki Cristal,
“Dari dulu kan ogut udah bilang gak suka orang ngecrot di muka ogut!” Wajah Cristal berubah marah.
John tidak ikut marah, dia terus tertawa-tawa setelah si pemilik salon memakinya. Dgn kalem dia membalikkan kata-kata Cristal.
“Suka-suka aqu mau ngapain kamu. Aqu udah repot-repot ngebalesin dendam kamu sama si Gede kucrut itu, dan kamu tetep aja banyak maunya?” John mendekat dan mencengkeram rahang Cristal.
“Hei, Cristal,” katanya dgn dingin namun tegas.
“Aqu tahu. Pasti kamu juga ngelunjak begini sama Gede, kan? Aqu nggak heran. Kamu tuh udah tau cuma lonte, namun sombongnya kelewatan. Masih ngerasa kayak dulu ya?”
“Uhh…” Cristal meringis, gentar.
“Terserah Mas mau bilang apa. Urusanku sama Gede…”
“…sekarang jadi urusanku juga, kan?” John memotong.
“Inget, kamu yg datang ke aqu, ngerayu-rayu minta aqu ngasih pelajaran ke si Gede. Aqu udah kasih apa yg kamu mau. Jadi ya aqu boleh ngapain aja, kan?” Cristla tertunduk. Sebetulnya dia kesal, namun John memang benar. Lagi-lagi posisi tawar Cristal lemah.
“Ngerti?” tanya John lagi. Cristal mengangguk.
“Kalau ngerti… sekarang kamu nungging.”
Cristal patuh, dia pun berubah posisi jadi menungging di atas tempat tidur sementara John turun dan berdiri di sampingnya. John mendekati bagian bawah badan Cristal, meremas bokong Cristal yg kencang dan masih terbungkus pantyhose itu. John terkekeh.
“He he he… Asyiik, bokong lonte.” Dia menampar bokong Cristal dua kali. Cristal mendengking kaget. John lalu memelorotkan pantyhose Cristal sehingga bokong Cristal tak lagi tertutupi, lalu kembali dia menampari bokong Cristal. Setelah puas, tamparannya berubah menjadi elusan dan remasan. John lalu mengulum jarinya. Dgn membasahi jarinya seperti itu, sudah jelas apa yg mau dia laqukan. Cristal diam saja ketika satu jari John memasuki kemaluannya. Kemudian tidak cuma satu, namun dua jari John bergerak keluar-masuk kemaluan Cristal. John tersenyum puas melihat wajah Cristal yg menatap kepadanya seolah memohon. Permainan jarinya membuat si pemilik salon itu terangsang.
“Ah… ahh…” Cristal mulai mendesah-desah, wajahnya yg berias tebal berkerut menahan nafsu yg mulai meninggi.
“Ahhh…”
John menjolokkan satu lagi jarinya, sehingga kini jari tengah, manis, dan telunjuknya keluar-masuk di kemaluan Cristal. John merasakan bagian itu makin lama makin basah, pertanda pemiliknya sudah terhanyut oleh birahi. John makin kencang menyodok-nyodok Cristal dgn ketiga jari tangan kanannya.
Cristal berusaha meraih ke belakang dan menahan agar tangan John jangan terlalu kasar.
“Eit, mau apa?” Tangan kiri John yg belum melaqukan apa-apa gesit menahan tangan Cristal. Cristal tidak kuat melepaskan diri dari genggaman John. John meregangkan jari-jari tangan kanannya, berusaha membuat kemaluan Cristal melebar. Cristal mulai merasakan puncak kenikmatan akan datang selagi cairan kemaluannya membasahi jemari John. John tertawa dan memasukkan satu lagi, jari kelingkingnya, ke dalam sana. Lagi-lagi dia berusaha merentangkan celah sempit yg dimasukinya selagi dia mendengar nafas Cristal memburu.
“Hehehe… Udah mulai longgar lu Cit. Empat jari ogut bisa masuk. Lu kayaknya sebentar lagi kadaluarsa nih?” John berkomentar menghina.
“Bangke,” Cristal balas memaki.
“Lonte,” hardik John,
“Sekarang lu diem. Ogut ga mau denger bacot lu, ogut mau memek lu aja.”
John naik ke tempat tidur ke belakang Cristal, dan kemudian menyorongkan kemaluannya yg sudah tegak lagi ke hadapan kemaluan Cristal. Di ujung kemaluannya menitik cairan bening, pertanda John pun sudah tak tahan ingin melampiaskan nafsu.
“Ah… Hanhhh!” Cristal melontarkan desahan ketika kemaluan John menembus kemaluannya.
Kemaluan John meluncur dgn mudah ke dalam celah yg sudah basah dan teregang itu, menembus sampai pintu rahim. Cristal tak diam saja, dia mendesakkan bokongnya menikmati ereksi John.
“Haa… haaahhh…” Bibir merah Cristal menganga, mengeluarkan suara-suara penuh nafsu.
Tangannya mencengkeram seprai.
Pinggul John maju-mundur mendongsok Cristal. John makin bernafsu, dan dia berubah posisi. Tanpa mencabut kemaluannya, John turun dari tempat tidur sehingga dia berdiri di samping tempat tidur. Lalu kedua tangannya meraih kedua paha Cristal, di bagian belakang lutut. John yg memang berbadan kuat lalu mengangkut seluruh badan Cristal, sehingga dia kini menggendong Cristal di depan badannya.
Keduanya melanjutkan persebadanan dalam posisi yg tidak biasa itu. Cristal sudah seperti boneka yg digendong John, pasrah dalam lengan-lengan perkasa John yg mengangkut kedua pahanya, punggungnya bersandar ke dada John. Namun memang hubungan intim dalam posisi menggendong itu tidak gampang, karena kemaluan John cuma bisa masuk sedikit, jaraknya terlalu jauh. Akhirnya Cristal dia taruh lagi di atas tempat tidur.
“Hihihi… Sok jago sih,” goda Cristal selagi John mencabut kemaluannya dari lubang Cristal.
“Kurang panjang tuh adeknya…” Cristal saat itu berposisi menyamping dgn lutut tertekuk, bokongnya berada di pinggir ranjang. Dia melihat John masih ereksi dan siap memasukkan lagi… ke lubang bokong.
“Emm…” Cristal mengernyit ketika John akhirnya menekankan kepala burung yg masih membesar ke pintu belakang. Kemaluan Cristal sudah basah karena baru di-invasi, namun bokongnya tidak siap.
“Ogut masuk ya… Uh! Ahh… Sempit!” kata John.
Baca Juga : Cerita Sex Pertama Kali Threesome Sex
“Iiuhh!” Cristal terengah ketika kepala burung John tiba-tiba memaksa menerobos lingkaran duburnya. Dia secara refleks berusaha menghindar, memang wajar kalau ada yg mencoba mendesakkan sesuatu ke dalam bokong. Namun Cristal tak bisa ke mana-mana selagi John mendorong pinggangnya ke depan sembari menggerung keras.
Masuklah kemaluannya ke dalam lubang dubur yg tak sepenuhnya rela itu sedikit demi sedikit.
“Auh! Enak bangett! Bokong lu masih nggigit juga ya?” seru John sembari mengerang keenakan.
“Hssshh…” Cristal mendesis, sakit campur enak, matanya berkaca-kaca ketika merasakan sepotong daging yg keras dan panas di saluran belakangnya.
John mulai bergerak maju-mundur menggempur pintu belakang Cristal tanpa ampun, kantong bijinya menampar-nampar belahan bokong Cristal. Untungnya bagi Cristal, setelah dua-tiga menit rasa sakitnya berkurang menjadi sekadar rasa kurang nyaman. Bokongnya sudah bukan perawan sejak lama, jadi sudah tahu mesti bereaksi apa.
“Enak gak Cris? Lu masih suka bokong lu dientot kan?” tanya John sembari terengah.
“Iyah… Terus! Teruus!” Cristal mulai merasa enak. Bagian bawah perutnya mulai merasakan sensasi nikmat dan jantungnya berdebar.
John melambat, menarik keluar kemaluannya pelan-pelan lalu ketika nyaris keluar dia masuk lagi dgn cepat dan kasar. Dan…
“Uh…hhh!”
Cristal merasakan sesuatu yg panas menyembur di dalam bokongnya. John ejaqulasi. Kedua tangan John mencengkeram belahan bokong Cristal yg berada di atas, seolah mau menyempitkan saluran yg sedang dimasuki kemaluannya. John baru mencabut kemaluannya sesudah puas melampiaskan nafsu di dalam bokong Cristal. Ia merasakan sebagian sperma John ikut meleleh keluar bersamaan dgn perginya kemaluan John dari dalam bokongnya. Cristal tetap berbaring menyamping, tidak langsung bangun. Dilihatnya John mengambili tisu untuk menyeka badannya sendiri. Beking Cristal itu kemudian membereskan lagi pakaiannya.
“Sesuai perjanjian kita kemarin, ya. Besok-besok kalau aqu datang, kayak gini lagi ya.”
Cristal dgn cepat mengambil selimut dan melilitkannya di sekeliling badan, lalu berdiri mengantar John yg beranjak ke pintu ruangan. Cristal tersenyum sinis sembari menaruh tangannya di pundak John.
“Oke boss,” katanya dgn genit.
John membuka pintu, lalu berbalik dan mengecup pipi Cristal. Lelaki tegap itu kemudian menuju pintu keluar salon, tanpa mengacuhkan seorang lelaki muda yg berdiri di tengah ruangan utama salon. Cristal melotot melihat lelaki muda itu.
“Ferdi?”
Memang masih jam kantor, namun entah kenapa, Ferdi ada di salonnya. Adik Cristal itu memejamkan mata dan geleng-geleng kepala melihat kakaknya yg cuma terbungkus selimut dan tadi dicium seorang aparat berseragam.
“Ya ampun, Kak…” keluh Ferdi.
“Apa sih?” Cristal menoleh ke kanan-kiri dgn cuek, melihat ada satu bungkus rokok di atas meja, mengambil sebatang dan menjepitnya di bibir, lalu sibuk mencari korek api.
“Ada korek nggak?” tanya Cristal kepada Ferdi.
“Kakak nggak pernah berubah, ya…” Ferdi tidak menanggapi pertanyaan kakaknya.
“Jangan sok kaget gitu lah,” kata Cristal setelah menemukan korek gas di satu laci. Dia menyalakan rokoknya.
“Eh bukannya ini masih jam kerja?”
“Kak,” kata Ferdi dgn nada serius.
“Aqu mau tanya. Soal Intan.”
Cristal membelalak tanpa berkata apa-apa. Wajahnya berubah serius juga.
“…Kakak pake baju dulu deh, sebelum jawab,” usul Ferdi. Risi juga dia melihat kakaknya cuma berbungkus sehelai kain.
Sejam kemudian…
Ferdi sudah kembali ke kantor setelah tadi mampir sebentar ke salon kakaknya, tanpa mampir ke rumah. Kepalanya terasa agak berat setelah dia mendengar jawaban Cristal.
“Intan, sedang apa kamu?”
Namun dia tahu sebagian penyebabnya adalah dirinya sendiri. Begitu masuk kantor, Febby, sekretaris Mamang, memanggilnya.
“Mas Ferdi! Dicariin bos,” kata perempuan berkacamata itu. Ferdi langsung menuju ruangan Pak Jupri alias Mamang, atasannya.
“Nah ini baru dateng anaknya. Ke mana aja kamu? Kenalin, ini Pak Endrico,” kata Mamang yg sedang menghadapi seorang tamu yg berpenampilan pengusaha.
“Ferdi,” Ferdi memperkenalkan diri.
“Endrico,” kata orang itu.
Pembicaraan dimulai. Endrico rupanya sedang menggagas kerjasama dgn Mamang untuk membuka perwakilan perusahaan itu di daerahnya. Menurut Endrico, produk perusahaan mereka belum banyak tersedia di sana. Mamang sudah mengontak bagian-bagian lain perusahaan untuk menceritakan rencana Endrico, dan perusahaan menyetujui. Maka sekarang persiapan pembukaan cabang bisa dimulai.
“Jadi, saya ngundang Pak Jupri untuk berkunjung ke kota saya, biar bisa lihat sendiri keadaan di sana. Sekalian nanti saya kenalkan dgn rekan-rekan kita dan juga pihak berwenang di sana lumayan, buat memperlancar urusan kita,” kata Endrico.
“Pak Endrico, terima kasih undangannya,” jawab Mamang.
“Saya senang sekali kalau bisa ke sana. Katanya di sana pembangunan mulai rame, ya? Pasti beda dgn waktu dulu saya masih muda ke sana, dulu sepi! Ah, namun sayg saya lagi jalani pengobatan, tidak boleh pergi jauh-jauh untuk sementara waktu.”
Ferdi yg dari tadi mendengarkan langsung menoleh ke Mamang.
Dia tahu Mamang sebenarnya tidak sedang menjalani pengobatan (masalah kesehatan Mamang cuma ejaqulasi dini saja). Kata-kata barusan itu sekadar alasan untuk…
“…jadi nanti biar yg ke sana Ferdi, sebagai perwakilan saya. Dia sudah biasa ngurus semuanya. Gimana Ferdi, kamu bisa kan?” Ferdi tersenyum.
“Bisa,” jawabnya pendek.
“Kapan, Pak Endrico?”
“Dua hari lagi saya pulang ke sana. Barangkali kita bisa bareng. Kira-kira perlu berapa hari?” kata Endrico.
“Seminggu?” Mamang langsung memotong sebelum Ferdi menjawab. Endrico mengangguk setuju.
Seminggu sebenarnya terlalu lama, Ferdi membaygkan, sekadar survei lokasi dan berkenalan dgn orang-orang setempat paling-paling perlu tiga hari.
“Oke, kalau begitu nanti saya kontak lagi Pak Ferdi untuk persiapannya. Semuanya biar saya yg urus,” kata Endrico. Kemudian Endrico pamit dan pergi.
Malamnya, di rumah Ferdi dan Intan…
“Mas mau pergi seminggu?” tanya Intan. Franky berbaring di tempat tidur, sementara Intan duduk di depan meja rias. Keduanya hendak beristirahat setelah seharian beraktivitas.
“Iya…” Ferdi menyebutkan nama kota tujuannya, yg terletak di pulau lain. Dilihatnya wajah Intan seperti kurang senang.
“Ajak dong Mas…” pinta Intan manja.
“Yah, gimana ya… kayaknya nanti bakal sibuk urusan kantor di sana. Ntar kamu malah nganggur di kamar hotel dong,” jawab Ferdi.
“Nanti kalau sempat cuti deh, kita ke sana. Katanya sekarang di sana rame, banyak tempat wisata, soalnya pembangunannya maju. Kepala daerahnya hebat.”
“Iih, curang,” Intan merajuk.
“Katanya perempuan dari sana cakep-cakep, ya?”
“Terus?” Ferdi nyengir.
Namun dalam hatinya, dia mulai bisa membaca isi hati Intan, karena dia sudah mendengar penjelasan Cristal. Makanya dia tidak heran melihat Intan bukannya membersihkan muka untuk persiapan tidur, malah memulaskan lipstik tipis saja di bibirnya.
“Pasti kamu mau ditraktir perempuan di sana… Iya kan?” kata Intan sembari beranjak dari meja rias, lalu menghampiri suaminya di tempat tidur.
Ferdi tersenyum melihat istrinya, perempuan cantik yg malam itu berdaster kuning, berias wajah tipis, dan berbau wangi. Jelas Indira tidak ingin langsung tidur… Intan berbaring menyamping, menghadap Ferdi, memberikan ciuman mesra kepada suaminya.
“Yah… kamu tahu kan, biasa orang bisnis, entertain-nya gimana,” Ferdi tidak berusaha mengelak. Toh Intan sudah tahu salah satu kelemahannya. Ferdi merasakan tangan Intan menyelip ke balik celananya.
“Eh…”
Tangan Intan terasa licin. Licin dan mulai membelai-belai kemaluan Ferdi. Ferdi merangkul istrinya dan mencium kening Intan.
“Hayo… mau ngapain tangannya di sana…” goda Ferdi.
Intan membalas dgn mengecup bibir Ferdi lalu menarik ujung kaos Ferdi, menyingkap badan atas Ferdi. Sementara itu Indira terus menciumi badan suaminya, dari bibir turun ke dagu, rahang, leher.
Ferdi menahan nafas. Ia sekarang paham sebagian besar ceritanya. Perubahan Intan sesudah memergoki kebiasaan buruknya itu sebagian disebabkan Cristal juga.
Baca Juga : Cerita Sex Aku dan Teman Ku
Cristal bercerita bagaimana Intan minta saran agar Ferdi tidak perlu lagi melirik perempuan lain. Dan kakaknya itu, yah, sudah tahu apa yg Ferdi suka. Jadilah Cristal membantu Intan membentuk-ulang dirinya agar lebih bisa memenuhi impian Ferdi. Misalnya seperti yg terjadi sekarang. Sebelumnya, Intan sangat konservatif dan lebih banyak pasif di ranjang. Sekarang, Intan dgn genitnya merayu dan menggeraygi Ferdi.
Aksinya sudah tidak kalah dgn perempuan-perempuan penghibur yg dulu (dan kadang sekarang) memberi Ferdi kenikmatan badan. Intan yg dulu tidak terpikir melaqukan apa yg dilaqukannya kini. Tangan Intan sudah menyentuh kemaluan Ferdi yg sedikit tegak, jari-jari Intan merangkum batang Ferdi. Intan mulai membelai-belai organ intim suaminya, dari bawah ke atas dan kembali lagi, dan membuatnya tegang sempurna. Ferdi tersentak sedikit ketika kocokan Intan makin cepat.
“Ah…” Ferdi melihat istrinya melirik nakal dan kembali mencium bibirnya. Ah, betapa manis bibirnya. Ah… dia kok jadi jago ngocok juga?
“Pelan… sayg…” bisik Ferdi.
Intan mengabulkan permintaan itu dan mengurangi intensitas kocokannya. Ferdi tadi sudah nyaris keluar, namun dia tidak ingin buru-buru. Tangan Ferdi mencengkeram lengan atas Intan, wajahnya terlihat berusaha menahan kenikmatan, sementara rambut panjang Intan menyapu hidung Ferdi selagi Intan mengulum salah satu telinga Ferdi.
Beberapa waktu lalu, Intan sempat memberikan servis ‘mandi kucing’, dan Intan baru menemukan bahwa Ferdi punya titik sensitif di sana. Fendi mengerang keras selagi Intan kembali kencang mengocoknya. Percikan-percikan cairan hangat lengket melompat keluar dari ujung kemaluannya dan mendarat di mana-mana, di kaos dan dada Ferdi, di daster Intan, di seprei. Intan tak melepas dan terus mengocok sampai ejaqulasi Ferdi selesai.
“Yah… berantakan nih. Kamu sih nakal, gak bilang-bilang dulu,” goda Ferdi sembari menikmati perasaan nikmatnya.
“Habisnya Mas Ferdi mau pergi… jadi ya mumpung sempat sama Mas Ferdi,” jawab Intan.
Intan sendiri merasakan putingnya mengeras dan selangkangannya membasah. Membuat suaminya bisa puncak kenikmatan dgn tangan sudah cukup merangsang baginya, dan andai Ferdi mau melanjutkan, dia merasa dia bisa langsung ‘dapat’. Ferdi meraih wajah Intan. Ciuman yg menyusul sungguh panas. Lidah mereka berdua saling menjelajah, tetap seperti menemukan hal-hal baru meski keduanya sudah berkali-kali berciuman.
“Beresin dulu nggak?” goda Intan.
“Nggak usah, kan mau dilanjutin?” Ferdi menanggapi.
Detik berikutnya Intan didorong sehingga telentang, kedua pergelangan tangannya ditahan kedua tangan Ferdi, kedua lutut Ferdi mengepit kedua pahanya.
“Aqu kan masih dua hari lagi perginya, sayg,” kata Ferdi pura-pura tak butuh.
“Biarin aja… Mas…” Ferdi melihat Intan menggigit bibir kemudian kembali berkata.
“Mas aqu pengen…”
Ferdi tidak perlu diminta lagi. Sedetik kemudian badan keduanya sudah bersatu.
0 comments:
Post a Comment