Sesi Pemotretan Yang Berakhir Kenikmatan
Cerita Sex Hot Dewasa - Aqu bertemu dgn salah satu model cantiik yg bernama Lina, sewaktu aqu meliiput pemiiliihan model di salah satu hotel biintang 5. Sebagaii fotografer yg sudah dikenal di kalangan artiis papan atas, membuatku selalu mendapat sambutan setiiap aqu muncul di berbagaii event. Ini mungkiin yg membuat model baru sepertii Lina, turut ‘hanyut’ akan kehadiranku.
Baca Juga : Cerita Sex Kekasihku Disetubuhi Tukang Ojek
“Haii, namaqu Lina. Kenalan dong Mas!”, sapanya dgn senyum maniisnya yg menggemaskan.
“Oh., Boleh!”, jawabku sedikit terkejut.
“Mas, mau dong di foto untuk media Mas!”, serang Lina.
“Lho, kok tahu kalo aqu fotografer?”, kataqu memanciing.
“Lho syapa yg nggak kenal fotografer sekaliiber Mas john! Di kalangan model sexual, nama Mas john kan sangat famous”, kata Lina merayu.
“OK! Aqu jadi nggak enak hatii niich, dipujii wanita secantiik kamu. Kalo memang kamu kepiingiin tampiil di mediaqu, tahu dong syarat utamanya. Harus tampiil sensual, kalo perlu tanpa busana he.. he.. he..”, kataqu dgn Lina memanciing.
“Tetapi dijamin jadi gadis sampul kan? Kalo dijamin aqu mau, yg pentiing yg miiskiin yakan (maksudnya tanpa busana) tolong untuk Mas saja, jangan dimuat di media massa apalagi iinternet”, jawab Lina.
Sesudah sepakat, akhiirnya aqu janjiian pemotretan dgn Lina di salah satu hotel di biilangan jalan Pramuka, Jakarta Tiimur. Pada harii Rabu yg sudah disepakatii, Lina datang bersama 3 rekannya yg tak kalah cantiik. Namanya Maya dan Ayu (bukan nama sebenarnya). Pemotretan dimulaii di kolam renang tentunya, sembari ngetes kebenaran omongan Lina. Benar saja, Lina langsung mengenakan busana renang yg Lina dgn warna cerah. Membuat Lina terlihat semakiin cantiik saja.
“Giimana Mas, okey nggak?”, tanya Lina sekeluarnya darii ruang ganti.
“Tubuhmu benar-benar oke. Aqu nggak nygka, wanita secantiik kamu punya nyalii besar!”, pujiiku.
“Demii kariier dan masa depanku, resiiko apapun aqu hadapii Mas!”, tantang model yg memiiliikii ukuran bra 36B ini.
“Loh, kok nekad amat. Emang keluarga dan pacarmu mendukung?”, aqu mencoba mengorek lebiih dalam.“Apapun yg aqu tempuh, mereka mendukung. Kerana mereka memang membutuhkan uluran tanganku. Sehiingga mereka tak biisa protes atas perbuatanku”, jawabnya dgn wajah menunduk.
“Lina, aqu biisa bantu kamu. Tetapi resiikonya sangat berat, kerana kamu mestii korban harga dirii dan perasaan”, kataqu.“Nggak apa-apa Mas, yg pentiing Mas biisa mengorbiitkanku menjadi model dan pemaiin siinetron famous”, jawab Lina sungguh-sungguh.
“Oke, sekarang kiita mulaii sesii pemotretan untuk sampul mediaqu dulu di kolam renang ini. Sesudah iitu, kiita sesii pemotretan di room, giimana?”, kataqu. “Oke!”
kemudian pemotretan berlangsung sampaii pukul 05.30 dan menghabiiskan 1 memory fuldengan berbagaii gaya yg sangat menantang. Mataharii mulaii menghiilang darii peredarannya, pemotretan di kolam renang aqu akhiirii dan dilanjutkan di kamar. Sesudah beriistiirahat dan makan malam, Lina menawariiku untuk sesii pemotretan lagii.
Baca Juga : Cerita Sex Duka Yang Membawa Nikmat
“Mas, foto lagii yuk!”
“Siip!”
“Pakaii pakaian apa niich?”, tanya Lina.
“Ngapaiin pakaii pakaian, tadi kan udah liima kostum. Bosan ah..”, ujarku menggoda.
Godaanku disambut seriius oleh Lina. Lina dgn secepat kiilat melucutii busana G striing yg darii tadi menempel. Aqu terperangah meliihat kemolekan tubuh Lina yg memang dahsyat, hampiir saja kameraqu terjatuh hanya kerana memelototii tubuh putiih mulus di hadapanku.
“Loh, kok bengong, ayo foto lagii apa nggak!”, ujar Lina membuyarkan fantasiku.
“Oo, ya.. ya!”, jawabku tergagap.
Pemotretan di room makiin seru saja, kerana Lina adalah tiipe model yg menurutii semua periintahku. Sehiingga tanpa terasa 3 giga memory sudah berlalu. Di saat aqu mengarahkan gaya tiidur Lina, secara tak sengaja tangan Lina menyentuh ‘senjata pamungkas’ku yg darii tadi sudah mengacung sepertii anggota DPR yg melaqukan iinterupsii.
“Loh, apaan niih Mas! Kok keras amat?”, tanya Lina sembari meLinang kemaluanku yg kencang sekalii. Aqupun bliingsatan mendapat reaksii sensiitiif darii Lina. “Iya niich. Aqu juga nggak konsen motretnya, habiisnya kamu uh… banget. Baru kalii ini aqu meliihat tubuh bagus sepertii ini”, rayuku.
“Ah, yg bener! Aqu yakiin Mas seriing meliihat tubuh lebiih Lina dariipada tubuhku, kalo Mas Biilang tubuhku uuuhhh, aqu yakiin Mas menghiinaqu”, katanya merajuk. “Aqu ‘kan mestii motret dulu”, kataqu sembari menelan ludah. “Buktiinya Mas darii tadi, diem aja. Nyentuh tubuhku aja nggak, kalo memang tubuhku seksi, darii tadi Mas kan udah menyerangku”, kata Lina nakal.
Tanpa dikomando lagii, aqu menyerang Lina dgn ganas. Lina pun memberiikan perlawanan lebiih ganas. Lina langsung mencopotii celana dan pakaianku. “Mas, kalo memang kepiingiin ngomong aja. Jangan ditahan, jadinya nggak baiik Mas. Kayak gini, air maninya meleleh di celana, ‘kan cayg”, kata Lina sembari melahap senjataqu dgn lahapnya.
Kerana aqu sudah sange darii siiang, maka air mani panasku dgn cepat muncrat dgn kencangnya. Tanpa biisa menghiindar, air maniku pun ditelan Lina. “Aduuh, Mas! Kok aqu nelan air mani Mas siih, tapi asiin-asiin enak giitu”, katanya manja. Kemudian aqu lunglaii tak berdaya. Dgn sabar Lina menyeka seluruh daerah ‘senjata pamungkas’ku. Seusaii menyeka, Lina mengocok-ngocok senjataqu dgn nafsunya.
“Horee.. ‘Mas john keciil’ bangun..”, sambut Lina sembari menjiilatii ujung senjataqu.
“Ohh.. Kamu kok piinter say..”, ujarku dgn suara parau kerana gaiirah seksku membara lagii.
Baca Juga : Cerita Sex Disetubuhi Polisi Gendut
Sedotan Lina semakiin mantap dan lahap, fantasiku kiian melayg. Tanganku kemudian menyambar gunung kembar yg darii tadi belum sempat kuremas-remas. Begiitu gunung kembarnya kuremas, Lina langsung terpanciing.
“Mas, ciiumii gunungku dong”, piinta Lina manja.
Kemudian aqu melahap dua gunung yg sangat ranum dan menantangku untuk meremas-remasnya.
“Aakk, Mas! Aqu nggak tahan niich”
“Say, posiisii 69 ya!”, piintaqu.
Aqu langsung meniindih tubuh Lina sehiingga membentuk 69, aqu tanpa dimiinta langsung menciiumii lubang niikmat yg akan membawaqu ke sorga iitu. “Mas, kok uennak gini siich. Aqu nggak tahan niich, mau.. kel.. aahh.. nah.. kan keluar”, ujar Lina.
Kemudian aqu membaliik tubuh, sehiingga kita saliing berhadapan. Lina langsung tersenyum dan langsung menyambar biibiirku, kita pun kemudian berciiuman dgn hangat. “Mas, aqu kepengiin ‘disuntiik’ sama senjata Mas, kayak apa siih rasanya”, kata Lina menggodaqu. Senjataqu, kuarahkan ke gua yg darii tadi menunggu disodok, biiar air maniku keluar kiian deras.
“Akk..!!” teriiak Lina sembari mengiigiigiit biibiirnya. Sodokanku pelan-pelan kutekan semakiin dalam hiingga membuat mulutnya menganga dan memaiinkan liidahnya. Kemudian aqu menyambar liidah Lina, dan goygan demii goygan terus kutiingkatkan.
“Mas, genjot yg keras lagii dong, ak.. ku mau kel.. uar lagii”. Genjotan aqu tiingkatkan hiingga membuat Lina sampaii ke puncak keniikmatan. “Aduuh.. Akk, Mas! Aqu keluar lagii..”, Lina memang klimaks untuk kedua kaliinya, sementara senjataqu masiing mengacung.
“Lho, Mas belum keluar ya?”
“Emang kamu nggak merasakannya Say?”
“Habiisnya, aqu enak banget. Jadi nggak miikiiriin Mas john”
Tanpa dimiinta, Lina langsung naiik dgn posiisii duduk dan mengarahkan lubang ‘gua’nya ke ‘senjata pamungkas’ku. Goygan Lina kiian liiar, sewaktu iia berada di atas perutku. Ini membuat rasa niikmatku kiian memuncak dan..
“Ya.. Yaa.. Keluar lagii deh” kata Lina. Mendapat reaksii klimaks Lina, membuatku terpanciing dan membaliikan tubuh Lina sehiingga posiisiinya di bawah. Dgn cepat aqu memasukkan senjataqu yg sudah memuntahkan air mani.
“Mas terus, terus.. Terus Mas.. Yg keras..”
Mendapat support darii Lina membuat sodokan kiian kutiingkatkan.
“Say, ak.. ku keluar”, kataqu dgn Lina tak karuan.
“Aqu juga Mas.. Bareng ya..”
Selesaii genjot-genjotan, aqu dan Lina tiidur terlelap hiingga jam 6 pagii. Lina tersenyum meliihatku bangun. “Pagii Mas..”Esexeseks “Pagii, kok kamu bangun pagii amat?” “Iya, kebiiasaanku bangun subuh”, jawab Lina sembari menyedot rokok putiih dalam-dalam.
“Mas, boleh nggak aqu mohon satu permiintaan, sebelum kiita piisah harii ini?”, kata Lina sembari tersenyum nakal. “Boleh! Paliing kamu miinta ongkos pulang ‘kan?”, Kataqu enteng. “Buk.. Bukan iitu!” “Lalu miinta apa, kalo bukan miinta uang?” “Miinta ‘kemaluan’mu lagii, puasiin aqu lagii donk..” “Giimana yach..”, godaqu. “Giimana apanya?” kata Lina lagii-lagii dgn Lina manja. “Maksudku, giimana memulaiinya ha.. ha.. ha..”, kataqu sembari meliiriik.
Lina langsung mengejarku dan kita pun kejar-kejaran sepertii anak keciil rebutan maiinan. Aqu melompat ke tempat tiidur dan Lina terus mengejarku. “Mas nakal deh”
Kitapun kemudian berpagutan dan berciiuman dgn saliing serang. Tanganku langsung meremas-remas gunung kembarnya. Hal iitu membuat Lina semakiin ketagiihan dan tangan Lina meLinang tangan kananku dan menuntunnya untuk mengorek ‘gua selarong’nya yg sudah kebanjiiran air mani. Jemari tanganku langsung kuarahkan ke gua tersebut hiingga..
“Akk, niikmat Mas. Teruskan Mas, terus ach.. ach aqu keluar.. Mas!”, ‘kiicau’ Lina. “Mas, tuntaskan yuk” “Okelah”, kataqu. Senjataqu sebenarnya belum keras betul, sehiingga aqu malas-malasan untuk memasukannya ke ‘gua’ Lina. Bleezz..
“Mas, aqu kepiingiin keniikmatan ini darii Mas john terus. Mau nggak?”
“Syapa takut” jawabku sembari terus memompa Lina.
Lina menggoygkan pantatnya dgn liincahnya hiingga membuatku tak tahan..
“Say.. aahh.. aqu mau.. keluar.. niich..”
“Aqu juga Mas.., aahh..”
Akhiirnya kita berdua sampaii ke puncak keniikmatan ‘pamungkas’. Jam sudah menujukan jam 12.00, artiinya kita harus check out. “Mas, kalo tabloiid yg memuat fotoku sudah keluar tolong kabariin ya, entar aqu kasiih hadiah deh”, piintanya dgn senyum menawan. Dan semiinggu kemudian foto Lina muncul di tabloiidku.